CandiSonggoriti merupakan salah satu peninggalan di era Kerajaan Mataram Kuno sebelum dinasti Mpu Sindok - Destinasi - okezone travel
Beberapacontoh bentuk akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sebelunya adalah sebagai berikut. 1. Seni Bangunan a. Masjid dan Menara Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam menunjukkan adanya peipaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah ada.
Candikerajaan biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran. Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok.
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Sumber Gambar Pexels Berikut ini daftar candi Hindu-Buddha di Indonesia terbesar dan terpopuler yang menjadi peninggalan sejarah penting. Saat belajar sejarah Indonesia, Toppers pastinya tahu kalau Indonesia pernah memiliki masa di mana beberapa daerahnya dikuasai oleh kerajaan beragama Hindu atau Buddha. Hasilnya, kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan bukti keberadaan mereka dalam berbagai bentuk. Salah satu dari bukti tersebut adalah sejumlah candi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sekedar info untuk Toppers, di masa lalu, candi merupakan bangunan yang terbuat dari batu serta difungsikan sebagai tempat pemujaan serta tempat penyimpanan abu jenazah raja atau pendeta Hindu-Buddha. Tentunya candi tidak hanya ditemukan di Pulau Jawa saja, melainkan juga di Pulau Bali hingga Pulau Sumatra. Nah, berbicara candi, dalam pikiran kita mungkin hanya terlintas Candi Borobudur atau Candi Prambanan saja. Padahal, Indonesia juga punya banyak sekali candi-candi Hindu-Buddha lainnya yang tentunya nggak kalah menarik untuk dipelajari. Dari candi-candi ini juga, kita bisa saja mempelajari sejarah baru tentang masa Hindu-Buddha yang belum banyak orang ketahui, lho. Penasaran, kan? Yuk simak daftar candi Hindu-Buddha di Indonesia berikut ini. Candi Hindu di Indonesia 1. Candi Asu Sengi - Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar WisataJateng Candi Asu Sengi bertempat di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang dan berada di lereng Gunung Merapi sebelah barat di tepian Sungai Tlingsin Pabelan. Nama candi ini sebenarnya diberikan oleh masyarakat setempat saat pertama kali ditemukan. Hal ini disebabkan oleh arca Lembu Nandhi yang tampilannya sudah rusak dan malah lebih mirip anjing asu - anjing dalam bahasa Jawa. Pemulihan bangunan candi ini sendiri masih belum selesai karena sempat terjadinya erupsi Gunung Merapi. Di Candi Asu Sengi, selain Toppers bisa menikmati pemandangan candi yang menarik, Toppers juga bisa menyaksikan upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat. 2. Candi Umbul - Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar WisataJateng Candi Umbul berlokasi di Dusun Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Hindu pada dinasti Syailendra. Tidak hanya menawarkan suasana yang sejuk dan pemandangan sawah yang indah, Candi Umbul juga memiliki dua kolam berukuran besar dan kecil yang bisa dipakai pengunjung untuk berendam. Baca Juga 20 Alat Musik Ritmis dan Cara Memainkannya 3. Candi Klero - Semarang, Jawa Tengah Sumber gambar WikiMedia Candi Klero merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang berlokasi di Ngentak Lor, Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Candi ini berlokasi cukup strategis, yaitu di Jalan Raya Salatiga-Solo dan tidak jauh dari Pasar Tengaran. Meski demikian, candi ini masih tergolong jarang dikunjungi. Meski demikian, Candi Klero masih dirawat dan terjaga dengan baik, serta ukuran candi yang relatif kecil tidak akan membuat pengunjung merasa kelelahan saat menelusurinya. 4. Candi Pringapus - Temanggung, Jawa Tengah Sumber gambar TripTrus Candi Pringapus merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang berlokasi di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Candi ini dapat menjadi spot foto karena lingkungan di sekitar candi yang cantik dan terawat. Pada jam-jam tertentu, Toppers bisa melihat pemandangan gunung dari Candi Pringapus. Tidak hanya itu, warga sekitar juga sering memanfaatkan halaman depan candi untuk upacara adat yang juga bisa disaksikan pengunjung. 5. Candi Ngempon - Semarang, Jawa Tengah Sumber gambar Ardiyanta Candi Ngempon atau yang juga disebut Candi Muncul merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Hindu. Konon katanya, candi ini menjadi pusat penggemblengan untuk melatih orang-orang menjadi para empu atau mpu. Sayangnya, Candi Ngempon masih tergolong sepi pengunjung. Akan tetapi, beberapa pengunjung berlibur ke Candi Ngempon untuk mencoba berendam di Pemandian Air Panas Petirtaan Derekan atau mengambil foto di daerah candi. 6. Candi Prambanan – Sleman, Yogyakarta Sumber gambar Pixabay Dikenal juga dengan nama Candi Roro Jonggrand, kompleks Candi Prambanan adalah kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Berdasarkan prasasti Siwagrha, diketahui bahwa candi ini mulai dibangun sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Dari prasasti ini juga diceritakan bahwa Candi Prambanan dibangun sebagai persembahan kepada Trimurti tiga dewa utama dalam Hindu, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Sempat terlantar dan kehilangan identitas sejarah, rakyat setempat menciptakan mulai menciptakan legenda asal-mula dari keberadaan candi-candi di komplek ini dan lahirlah legenda rakyat Roro Jongrang. 7. Candi Dieng – Wonosobo, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Berada di pegunungan Dieng, Candi Dieng merupakan Candi Hindu beraliran Siwa yang diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9. Memiliki luas mencapai sekitar x km2, kompleks Candi Dieng dibagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang namanya diadopsi dari tokoh dalam kisah dalam Kitab Mahabarata, yakni kelompok Arjuna, kelompok Gatotkaca, kelompok Dwarawati dan Candi Bima. 8. Candi Gedong Songo – Semarang, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Ditemukan oleh Raffles pada 1804, Candi Gedong Songo merupakan Candi Hindu peninggalan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-9, tepatnya 927 masehi. Kompleks Candi yang terdisi dari 9 Candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini berada di ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut. 9. Candi Jago – Malang, Jawa Timur Sumber gambar Wikimedia Berdasar informasi dari kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago memiliki nama asli Jajaghu yang berarti keagungan’ yang pembangunannya dilakukan untuk penghormatan Raja Sri Jaya Wisnuwardhana, Raja Singasari penganut agama Syiwa Buddha, aliran peraduan antara ajaran Hindu dan Buddha. Pada candi yang dibangun menggunakan batuan andesit ini, Toppers bisa menemukan relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. 10. Candi Arca Gupolo – Sleman, Yogyakarta Sumber gambar Tribunnews Tak seperti candi-candi Hindu sebelumnya, Arca Gupolo merupakan situs peninggalan beraliran Hindu yang terdiri dari kumpulan 7 arca. Nama Gupolo sendiri diberikan oleh penduduk sekitar kepada patung Agastya yang merupakan salah satu arca yang ada dalam situs ini. Di dekat situs ini juga terdapat mata air jernih yang tak pernah kering meski musim kemarau panjang. Baca Juga 17 Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya 11. Candi Sukuh – Karanganyar, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Sekilas Candi bercorak Hindu satu ini terlihat seperti Piramid. Selain bentuknya yang unik, candi ini cukup menarik perhatian karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit bisa ditemukan pada relief dan arca pada Candi Sukuh. Pada tahun 1995, situs Candi Sukus diusulkan ke UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia. 12. Candi Cetho – Karanganyar, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Candi bercorak Hindu di Indonesia selanjutnya adalah Candi Cetho, yang diduga dibangun pada akhir era kerajaan Majapahit. Kompleks Candi ini nggak hanya menjadi lokasi ziarah umat Hindu tetapi juga menjadi area pemujaan. Para penganut kepercayaan Kejawen juga kerap menjadikan Candi Cetho sebagai lokasi pertapaan. 13. Candi Penataran – Blitar, Jawa Timur Sumber gambar Wikimedia Candi Penataran merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang telah ada sejak masa kerajaan Kediri. Menilik informasi dari prasasti Palah, Candi ini diduga dibangun pada 1194 oleh Raja Çrnga Syrenggra yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa dengan nama Candi Palah. Awalnya candi ini juga dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk menolak mara bahaya dari Gunung Kelud yang kala itu kerap meletus. 14. Candi Cangkuang – Garut, Jawa Barat Sumber gambar Wikimedia Satu-satunya candi yang bisa Toppers temukan di tataran tanah Sunda adalah Candi Cangkuang. Selain arca dewa Siwa yang menunjukkan bahwa Candi ini bercorak Hindu, di komplek Candi juga terdapat makam Arief Muhammad yang dikatakan merupakan leluhur dari penduduk setempat. 15. Candi Gunung Sari – Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Candi beraliran Hindu Siwa ini merupakan tempat ditemukannya prasasti Canggal. Candi Gunung Sari diduga merupakan peninggalan abad ke-6 hingga ke-8 yang membuatnya menjadi candi tertua di tanah Jawa, lebih tua dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan. 16. Candi Gunung Wukir – Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Nama Candi Hindu satu ini diambil dari lokasinya yang berada di Bukit Wukir. Namun, Candi Gunung Wukir juga dikenal dengan nama Candi Cangkal atau Shiwalingga. Candi ini didirikan pada tahun 732 masehi, di masa Raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno. 17. Candi Sambisari – Sleman, Yogyakarta Sumber gambar Wikimedia Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, candi ini tak sengaja ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari. Pada saat ditemukan, posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Diduga kuat hal ini dikarenakan timbunan lahar dari Gunung Merapi yang meletus ]pada awal abad ke-11 yang bisa terlihat dari banyaknya batu material volkanik di sekitar Candi Sambisari. Candi Buddha di Indonesia 18. Candi Lumbung - Sleman, Yogyakarta Sumber gambar AlodiaTour Candi Lumbung berlokasi di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Meskipun Candi Lumbung berada di kawasan Candi Prambanan yang bercorak Hindu, Candi Lumbung sebenarnya bercorak Buddha, ya! Saat berkunjung ke Candi Lumbung, Toppers akan dimanjakan dengan pemandangan candi yang masih terawat dengan baik. Lokasinya juga dikelilingi oleh pohon-pohon rindang yang menambah keasrian candi. Tidak hanya itu, Candi Lumbung juga tergolong unik karena bentuknya yang mirip lumbung yang kemudian menjadi nama dari candi ini. 19. Candi Ngawen - Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar WisataJateng Candi Ngawen berlokasi di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Candi ini memiliki lima candi kecil. Bangunan utama candi tidak memiliki dihiasi oleh patung Buddha yang tidak memiliki kepala. Uniknya, 4 sudut bangunan Candi Ngawen ditempati oleh 4 patung singa yang mirip sekali dengan corak Hindu. Akan tetapi, bagian candi yang berupa stupa dan teras berundak merupakan bukti bahwa candi ini bercorak Buddha. 20. Candi Sojiwan - Klaten, Jawa Tengah Sumber gambar NJogja Candi Sojiwan terletak Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Prambanan. Meskipun berlokasi di kawasan Prambanan, Candi Sojiwan masih tergolong sebagai candi bercorak Buddha. Keunikan dari Candi Sojiwan terlihat dari relief bangunannya yang menampilkan cerita binatang. Tidak hanya itu, Candi Sojiwan juga menawarkan spot foto menarik untuk Toppers berfoto kece sendiri atau bersama keluarga. 21. Candi Sanggrahan - Tulungagung, Jawa Timur Sumber gambar Tulungagung Daring Candi Sanggrahan atau yang juga dikenal sebagai Candi Cungkup berlokasi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bangunan Candi Sanggrahan memiliki dua tingkat kaki candi yang berbentuk seperti bujur sangkar serta mengarah ke barat. Candi Sanggrahan juga memiliki relief berbentuk kancil bertelinga lebar serta singa yang dipahatkan secara berhadapan sebanyak delapan panil. 22. Candi Batujaya - Karawang, Jawa Barat Sumber gambar Secara administratif, Candi Batujaya bertempat di dua tempat, yaitu di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Konon katanya, Candi Batujaya merupakan salah satu candi tertua di Indonesia yang bahkan melebihi umur Candi Borobudur, lho. Candi ini juga berlokasi di tengah persawahan yang sangat asri dan membuat pengunjungnya nyaman saat berlibur ke Candi Batujaya. Kawasan Candi Batujaya memiliki dua candi utama, yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan yang berlokasi tidak jauh satu sama lain. 23. Candi Borobudur – Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar Pixabay Membahas Candi bercorak Buddha, tentu daftar ini takkan lengkap tanpa menyebut Candi Borobudur. Terbentuk dari stupa-stupa, Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh penganut Buddha Mahayana. Luas dan kemegahan dari Candi Borobudur menjadikannya sebagai monumen dan kuil Buddha terbesar di Dunia. Hingga kini Candi Borobudur masih digunakan sebagai tempat melakukan peribadatan umat Buddha, terutama pada saat peringatan hari Trisuci Waisak. 24. Candi Kalasan – Sleman, Yogyakarta Sumber gambar Wikimedia Terdiri dari 52 stupa, Candi Kalasan merupakan Candi bercorak Buddha yang dibangun sebagai penghormatan kepada Bodhisattva wanita, Tarabhawana. Candi ini juga merupakan bukti kependudukan Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatera atas tanah Jawa. Baca Juga 18 Pahlawan Nasional Indonesia Paling Dikenang Sepanjang Masa 25. Candi Mendut – Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Candi Mendut merupakan Candi Buddha yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Di dalam bangunan Candi Mendut, terdapat tiga arca Buddha berukuran besar, yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan mudra dharmacakramudr, dan diapit oleh arca Awalokiteśwara Padmapāņi pada sisi kiri dan arca Wajrapāņi pada sisi kanan. 26. Candi Pawon – Magelang, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Candi Pawon adalah candi bercorak Buddha yang berada di antara Candi Borobudur dan Candi Mendut dan keberadaannya sangat terkait erat. Hal ini bisa dilihat dari posisi geografisnya yang lurus dan juga pahatan relief yang senada. Menurut Casparis, Candi Pawon merupakan tempat penimpanan abu jenazah Raja Indra 782 – 812 M, ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Bahkan, menurut sebagian orang, nama “Pawon” bisa jadi berasal dari kata pawuan yang berarti tempat menyimpan abu. 27. Candi Brahu – Mojokerto, Jawa Timur Sumber gambar BPPD Mojokerto Berlokasi di situs Trowulan yang merupakan ibukota Kerajaan Majapahit, Candi Brahu merupakan Candi Buddha yang terbuat dari bata merah. Menilik dari prasasti yang ditulis oleh mpu Sendok, Candi bercorak Buddha ini merupakan tempat pembakaran abu para Raja-raja, meski pada penelitian lebih lanjut tak ditemukan bekas abu mayat dalam bilik Candi ini. 28. Candi Banyunibo – Sleman, Yogyakarta Sumber gambar Wikimedia Dibangun pada abad ke-9 di masa Kerajaan Mataran Kuno, Candi Banyunibo merupakan bangunan suci umat Buddha pada masa itu yang memiliki arti tetesan air. Berdasarkan puing-puing, bisa diduga jika disekitar Candi Banyunibo masih terdapat beberapa candi pendamping lainnya. 29. Candi Muara Takus – Kampar, Riau Sumber gambar Go Sumatra Tak ada yang tahu pasti kapan pastinya kompleks Candi Muara Takus ini dibangun, namun keberadaan Candi ini dipercaya ada pada masa keemasan dari Kerajaan Sriwijaya. Hal ini membuat banyak peneliti menganggap lokasi candi ini sebagai salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya kala itu. Berbeda dengan kebanyakan Candi Buddha di pulau Jawa yang terbuat dari Andesit, Candi ini terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. 30. Candi Muaro Jambi – Muaro Jambi, Jambi Sumber gambar Wikimedia Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan kompleks Candi Hindu-Buddha yang terbesar di Asia Tenggara, dan dipercaya merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Di dalam kompleks Candi Muaro Jambi terdapat sembilan bangunan yang telah dipugar, dan diluar itu masih banyak potensi bangunan-bangunan kuno lainnya. 31. Candi Bahal – Padang Lawas, Sumatera Utara Sumber gambar Wikimedia Diduga berasal dari abad ke-11, Candi Bahal merupakan Candi Buddha yang juga dikenal dengan nama Biaro Bahal dan Candi Portibi. Kompleks Candi ini merupakan kompleks candi terluas di Sumatera Utara yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni Bahal I, Bahal II, dan Bahal III. Kehadiran Candi ini kerap dikaitkan dengan keberadaan dari Kerajaan Pannai. 32. Candi Jabung – Probolinggo, Jawa Timur Sumber gambar Wikimedia Candi Jabung adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang dibangun pada 1354 Masehi. Berdasarkan kitab Pararaton, Candi ini diperkirakan dibangun sebagai makam Bhra Gundul salah seorang keluarga Raja. Candi bercorak Buddha ini identik dengan warna merah karena material utamanya yang merupakan bata merah. 33. Candi Plaosan – Klaten, Jawa Tengah Sumber gambar Wikimedia Candi Plaosan adalah kompleks candi yang terletak di Dukuh Plaosan yang terdiri dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Seringkali keberadaan dua Candi utama ini dinamakan sebagai Candi Kembar. Bentuk-bentu stupa serta keberadaan arca Buddha menunjukkan bahwa Candi ini merupakan peninggalan ajaran Buddhisme di Nusantara. 34. Candi Sewu Sumber gambar Flickr Candi Sewu adalah kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia setelah Candi Borobudur. Dibangun pada abad ke-8, usia Candi ini diperkirakan lebih tua dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Nama Candi Sewu sendiri berarti seribu Candi, meski pada kenyataannya hanya ditemukan 249 candi dalam komplek ini. Baca juga 29 Tarian Daerah Terbaik Berikut Gambar, Properti & Maknanya Untuk para petualang, Indonesia memang memiliki banyak sekali obyek menarik yang bisa ditelusuri termasuk berbagai Candi Hindu-Buddha yang nggak cuma memiliki arsitektur menakjubkan, tetapi juga nilai historis dan sakral yang menarik.
ArticlePDF Available AbstractPeninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai tempuran. Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Human Narratives September 2020, pp. 33-38 e-ISSN 2746-1130 33 PILIHAN MATERIAL BANGUNAN PADA CANDI Bambang Perkasa Alam Program Studi Arsitektur, Universitas Indraprasta PGRI Abstrak. Bangunan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa reruntuhan bangunan tersebut, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Material yang digunakan untuk membangun candi, yang paling sering dijumpai adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi yang ditemukan di areal persawahan dan jauh dari gunung berapi, sedangkan yang menggunakan batu andesit biasanya di dekat sungai, tidak jauh dari gunung berapi. Artikel ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta faktor yang memengaruhinya. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi kepustakaan, di mana sumber informasi utamanya adalah buku, laporan, artikel ilmiah, serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pilihan material pembangun candi tidak terkait secara langsung dengan periode pembangunannya, melainkan dengan ketersediaan bahan yang dipengaruhi oleh lokasi pembangunan, serta terkait dengan tingkat kesakralan bangunan yang hendak didirikan. Kata kunci batu andesit, batu bata, candi, material Abstract. Temple buildings were often found in a state of disrepair. However, behind the ruins of the building, there were still traces of the construction process. The materials used to build temples, which were most often encountered were andesite and red bricks. Red brick material was usually used in temples found in rice fields and far from volcanoes, while those that used andesite stones were usually near rivers, not far from volcanoes. This article discusses the differences in the use of the temple building materials and the factors that influence them. This study used qualitative methods. Data were collected through literature studies, where the main sources of information were books, reports, scientific articles, and semi-documentary films about the excavation of temples in several places in Indonesia. The results of the discussion showed that the choice of temple building materials was not directly related to the construction period, but with the availability of materials which is influenced by the construction location, as well as the sacred level of the building to be erected. Keywords andesite stone, red bricks, temple, material Correspondence author Bambang Perkasa Alam, Jakarta, Indonesia Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak candi yang tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Bali, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan Soekmono, 1995. Secara umum, pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat menggunakan candi sebagai tempat pemujaan dewa dan dewi Soekmono, 1973 81. Akan tetapi, terdapat perbedaan fungsi candi pada agama Hindu dan Budha. Bagi agama Hindu, candi lebih merupakan penanda kekuasaan, sedangkan agama Budha menempatkan candi sebagai tempat peribadatan. Selain tempat ibadah, beberapa bangunan yang tidak dilengkapi simbol-simbol keagamaan juga tetap dinamakan candi, termasuk bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai pintu gapura, tempat pemandian, istana, penanda kekuasaan, ataupun sebagai makam para raja. Arsitektur bangunan candi dirancang dengan sentuhan seni yang tinggi. Kualitas estetis ornamen ukiran maupun seni pahat yang terdapat pada candi mengisyaratkan bahwa pada eranya, kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha memiliki arsitek-arsitek dengan keahlian yang mumpuni. Keberadaan relief yang biasa menghiasi bangunan candi juga menunjukkan bahwa pada masa itu keindahan seni telah mendapat perhatian dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, khususnya di lingkungan kerajaan. Padanan untuk istilah candi dalam bahasa Inggris, temple,’ berasal dari bahasa Latin templum,’ yakni bangunan yang dikhususkan untuk ritual, kegiatan spiritual dan/atau keagamaan, seperti kegiatan doa dan pengorbanan Soekmono, 1973. Jika dikembalikan kepada pengertian dasarnya dalam bahasa Indonesia, maka istilah candi dapat mencakup pula semua bangunan bersejarah Hindu–Budha yang terdapat di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia Dumarcay. Candi memiliki rupa dan fungsi yang sangat beragam, dan dianggap sebagai tempat bersemayamnya satu atau beberapa dewa. Secara historis, keberadaan candi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan agama Hindu–Budha di Jawa sejak abad ke-7 sampai abad ke-14, serta di daerah Sumatera dan Kalimantan Supriatna, 2006. Bukan hanya rupa dan fungsinya, material pembuat candi pun bermacam-macam, antara lain batu granit, batu bata, dan batu kapur. Keragaman material inilah yang menjadi pokok diskusi dalam artikel ini. Apakah yang menjadi penyebab keragaman pemilihan material tersebut? Apa pula alasan penggunaan suatu material pada candi-candi tertentu? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kajian kepustakaan. Sumber data yang digunakan antara lain artikel jurnal ilmiah, majalah, buku, maupun artikel-artikel dari sumber daring di internet. Selain itu, data yang dibutuhkan juga diambil dari sumber berupa film tentang penggalian arkeologis di situs candi. Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC HASIL DAN PEMBAHASAN Candi dan Material Pembangunnya Bangunan candi sering kali dihubungkan dengan monumen sebagai tempat pendharmaan untuk memuliakan raja yang telah wafat. Namun demikian, candi bukanlah makam, melainkan bangunan kuil Soekmono, 1973 241. Selain merujuk pada bangunan tempat ibadah agama Hindu-Budha, kata candi juga dipergunakan untuk menyebut bangunan istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya Maryanto, 2007 8. Menurut Yudoseputro 1993 118, bangunan candi digunakan sebagai bangunan suci, namun di India sendiri, bangunan candi tidak digunakan sebagai tempat ibadah. Di India, bangunan kuil untuk menyelenggarakan upacara agama Hindu disebut vimanna rumah dewa atau ratha kendaraan dewa, sedangkan untuk ibadah agama Budha disebut stupa. Sebutan candi di Indonesia merujuk pada bangunan dengan bermacam-macam fungsi, yaitu kuil Hindu, stupa dan wihara Budha, pemandian, pintu gerbang gapura, ataupun candi sebagai bale kambang, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah raja, tempat pemujaan atau bersemayam dewa. Walaupun fungsinya bermacam-macam Dumarcay candi diartikan juga sebagai replika rumah tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru Supriatna, 2006. Mengingat fungsinya yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan Hindu dan Buddha pada masa lalu, sejarah pembangunan candi juga tak dapat dilepaskan dari sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14. Bangunan candi banyak mendapat pengaruh dari India, misalnya dalam aspek teknik bangunan, gaya arsitektur, dan ornamen atau hiasan. Walaupun demikian, arsitektur candi di Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik konstruksi, maupun corak dekorasinya. Hal ini karena pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat juga sangat kuat. Dinding candi biasanya dihiasi relief tentang ajaran atau cerita tertentu. Aturan pembuatan bangunan gapura atau candi yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India dimuat dalam sejumlah kitab keagamaan, antara lain Manasara dan Sipa Prakasa. Para seniman candi pada masa itu percaya bahwa ketentuan-ketentuan di dalam kitab-kitab keagamaan tersebut bersifat suci dan magis. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah mempunyai arti tersendiri, baik bagi pembuatnya maupun penguasa yang memerintahkan pembangunannya, dan akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Oleh karena itu, ketika akan membuat gapura, persiapan dan perencanaan yang matang harus dilakukan, baik secara keagamaan maupun teknis. Salah satu bagian penting dalam perencanaan teknis adalah membuat sketsa yang benar agar dapat dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan. Sketsa ini harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu terkait bentuk, ukuran, maupun posisi dan tata letaknya. Jika dalam proses pendirian bangunan terjadi penyimpangan atau keluar dari ketentuan-ketentuan di dalam kitab keagamaan, maka akan berakibat pada kesengsaraan besar bagi pembuat maupun masyarakat sekitarnya. Namun demikian, meski ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, akan selalu dipengaruhi oleh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC Pada awal proses pembangunan candi, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Selanjutnya, berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi pembangunan candi yang paling baik adalah dekat sungai, terutama pertemuan dua aliran sungai yang disebut sebagai tempuran. Pada umumnya, candi terbuat dari batu hitam yang disebut batu candi, yang sebenarnya adalah batu andesit. Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik ekstrusif. Batuan jenis ini sering dipergunakan pada bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Batuan ini terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900– Celcius. Mineral-mineral yang terkandung di dalamnya bersifat mikroskopis, antara lain silika SiO2 sejumlah kisaran 52-63%, kuarsa sejumlah kisaran 20%, biotite, basalt, feltise, plagiocase feldspar, pyroxene clinopyroxene dan orthopyroxene, serta hornblende dengan persentase sangat kecil Hannigan. Batu andesit dapat dikatakan bernilai seni tinggi karena memiliki komposisi dan tekstur spesifik yang dapat dipahat. Batuan ini biasanya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi, seperti di Majalengka, Cirebon, dan Tulung Agung. Motif batu andesit pada umumnya ada dua jenis, yaitu polos dan berbintik. Batu andesit polos terbentuk akibat sedimentasi, mempunyai tingkat kekerasan density sangat tinggi, dan porositas rendah, sehingga teksturnya halus sekali. Pada umumnya jenis batu ini berwarna gelap atau hitam. Oleh karena sifatnya yang keras dan porositasnya kecil, batu andesit tidak mudah kotor. Beberapa candi yang terletak di daerah Dieng maupun sekitaran Magelang seperti candi Borobudur dan Prambanan, menggunakan material batu andesit. Material lain yang juga kerap digunakan untuk membangun candi adalah batu bata, yang terbuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Batu ini dapat menyerap panas dengan baik. Bata merah sudah sangat umum digunakan sebagai material bangunan di Indonesia, dari zaman dulu hingga saat ini. Tanah yang digunakan untuk pembuatan bata bukanlah sembarang tanah. Tanah tersebut harus yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Faktor yang Melatarbelakangi Pilihan Material Candi Bata yang dipakai di Indonesia adalah jenis bata bakar, yang baru hadir pada permulaan awal sejarah Nusantara bersamaan dengan masuknya budaya Hindu-Budha dari India ke Nusantara. Sebagian pendapat menyebutkan, penggunaan batu bata lebih muda daripada material batu andesit. Pendapat ini berpangkal dari kategorisasi seni bangun candi ke dalam dua langgam gaya seni, sebagaimana dikemukakan oleh Soekmono 1973 81, yakni candi berlanggam Jawa Tengahan yang dibangun pada periode antara abad ke-7 sampai abad ke-11 Masehi, dan candi berlanggam Jawa Timuran yang dibangun pada periode antara abad ke-13 sampai abar ke-16 Masehi. Di antara keduanya, terdapat langgam transisi yang dibangun antara abad ke-12 sampai abad ke-13 Masehi Soekmono, 1973 81. Pada kategorisasi ini, candi berlanggam seni Jawa Timuran dinyatakan sebagai berbahan bata. Padahal, bahan material yang digunakan, apakah bata atau batu, tidaklah terkait langsung dengan langgam seni ataupun lapis masa. Pilihan material ini lebih dipengaruhi oleh ketersediaan jenis material di lingkungan sekitar tempat pembangunan candi, dan kesakralan bangunan yang bersangkutan. Pada dasarnya, Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC sebagai bangunan sakral, material yang digunakan dalam pembangunan candi harus kuat dan tahan lama, seperti batu. Batu kali andesit, batu kapur, atau batu padas keras, yang dalam bahasa Jawa disebut curing, tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup di lingkungan sekitar pembangunan. Oleh karena itu, penggunaan material lain tidak dapat dihindari, antara lain batu bata. Batu bata yang digunakan biasanya adalah bata berukuran besar dan tebal. Kualitas pembakaran yang matang akan membuat batu bata tersebut tahan usia. Bangunan candi-candi yang menggunakan material batu bata umumnya berada jauh dari areal gunung berapi. Pada candi-candi ini, material yang kemudian kerap digunakan, di samping batu bata, adalah kayu keras untuk bagian dinding dan atap. Kalaupun batu dipakai, umumnya hanya untuk bagian tertentu. Misalnya, sebagai media pahat bagi ragam hias candi, batu pengunci key stone, arca dewa, dan sebagainya. Untuk bangunan-bangunan profan, digunakan batu bata untuk komponen pondasi, gapura, pagar, dan sebagainya, sedangkan pada bagian lain digunakan bahan-bahan yang tidak tahan usia, seperti kayu, bambu, atau ilalang. Akibatnya, bagian bangunan-bangunan ini kini tidak lagi tersisa jejaknya. Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan material batu bata pada candi juga berusia tua, yakni sekitar abad ke-6 sampai ke-10 Masehi. Periode ini relatif sezaman dengan Kerajaan Tarumanegara. Dari periode ini ditemukan jejak arsitektur berlatar keagamaan Budha Mahayana yang berada di situs Batuhaya, Kabupaten Krawang, Jawa Barat. Di situs tersebut ditemukan hampir dua puluh reruntuhan bangunan batu bata, yang tersebar pada areal persawahan seluas 5 km2. Situs lain yang bisa dikatakan sezaman, yang terbuat dari batu bata adalah kompleks percandian Hindu pada situs Cibuaya di Pedes, Krawang. Selain itu, ditemukan juga reruntuhan candi dari batu bata di Kampung Sukamaju, Desa Sukajaya, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, yang dinamai Candi Binangun. Jejak bangunan candi berbahan batu bata didapati pula di sekitar candi Borobudur, yang berupa candi-candi bukur candi kecil, dari sekitar abad ke-8 Masehi. Salah satu di antaranya adalah Candi Banon Attewell & Farmer, 1976. SIMPULAN Tidak semua candi menggunakan batu andesit sebagai bahan pembangunnya. Batu bata juga digunakan sebagai material pembangun pada beberapa candi, khususnya di daerah Jawa Timur. Penggunaan Batu andesit banyak digunakan pada candi yang dibangun di daerah yang dekat dengan pegunungan, sehingga tersedia material batu andesit yang melimpah, terutama di daerah aliran sungai. Adapun batu bata banyak digunakan pada candi yang letaknya jauh dari gunung berapi. Pada daerah berdirinya candi-candi ini umumnya berlimpah material pembentuk batu bata, yaitu tanah liat. Penggunaan kedua material secara bersamaan pun bisa terjadi, yakni untuk fungsi bangunan berbeda, di mana candi menggunakan batu andesit, sedangkan bangunan penunjang menggunakan batu bata. Dari hasil pembahasan diperoleh pemahaman bahwa pilihan penggunaan material pembangun, apakah batu andesit atau batu bata, tidak berhubungan secara langsung dengan periodesasi pembangunan candi, melainkan dengan ketersediaan bahan dan kesakralan bangunan. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC DAFTAR PUSTAKA Attewell, P. B., & Farmer, T. W. Principles of Engineering Geology. John Wiley & Sons, Inc., 1976. Dumarçay, Jacques. Candi Sewu dan Arsitektur Bangunan Agama Budha di Jawa Tengah. Kepustakaan Populer Gramedia, 2007. Hannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, 2015. Maryanto, Daniel A. Seri Fakta dan Rahasia di Balik Candi Mengenal Candi. Citra Aji Parama, 2007. Soekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, 1973. Supriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006. Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Wawasan Seni Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. ... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya candi.... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya Putu Sathya DharmaGusti Ayu Made SuartikaCandi bentar is a gate or the main door to enter a specific area, such as temple and palace in Bali. However, in the current situation, it can be found in many entries points to various premises, including a border between areas, a house, and public facilities. Puru Sada Temple, one of Kahyangan Jagat Temples located in Badung Regency of Bali Province, has a candi bentar, which at first glance similar to that of the Wringin Lawang Temple - a legacy of the Majapahit Kingdom of East Java. In terms of scale, however, the size of the Puru Sada Temple’s candi bentar is smaller. The purpose of this study is to discuss the visual characters of candi bentar in places that functioned for worship by taking Puru Sada Temple as its case study. The study used a descriptive qualitative approach. Its analysis is supported by relevant views offered by both Yudoseputro 2008 and Ching 1991. This study finds that intimacy has been a dominant visual character supported by the existence of sacred ornaments that are considered as guarding figures. Keywords visual character; candi bentar; gate; Puru Sada Temple Abstrak Candi bentar adalah gerbang atau pintu utama dalam memasuki area khusus seperti pura maupun puri di Bali. Namun saat ini candi bentar dapat ditemukan di berbagai tempat seperti perbatasan daerah, rumah tinggal, dan fasilitas umum. Pura Puru Sada termasuk dalam Pura Kahyangan Jagat berlokasi di Badung memiliki candi bentar yang sekilas mirip dengan Gapura Wringin Lawang peninggalan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Namun ukuran candi bentar Pura Puru Sada lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah membahas karakter visual candi bentar di tempat suci dengan mengambil Pura Puru Sada sebagai studi kasus. Penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif deskriptif. Dianalisa dengan teori relevan yang ditawarkan oleh Yudoseputro 2008 dan Ching 1991. Studi ini menemukan jika intimasi merupakan karakter visual dominan yang didukung dengan adanya ornamen sakral sebagai sosok penjaga. Kata kunci karakter visual; candi bentar; gapura; Pura Puru SadaHudaidah HudaidahElsabelaClassical ruins in South Sumatra are often engrossed in the existence of the Srivijaya kingdom in the past. This is because the reign of Srivijaya lasted a long time from the VII century to the XIV century AD. One of the classical or Hindu influences is the Bumiayu temple in the village of Bumiayu in the Tanah Abang sub-district. The Bumiayu temple complex is a joint temple complex between Buddhists and Hindus. Based on these findings, it is interesting to study how temples for Hindu worship can coexist with Buddhist temples. The purpose is to describe the Hindu place of worship during the Srivijayan era at Bumiayu Temple. This research method uses a historical methodology. The conclusion that can be drawn is that the Bumiayu temple is a place of relics and worship of gods as well as a place of worship for the ancestors of Hindus during the Sriwijaya B. Attewell Isaac FarmerThis book discusses basic principles as well as the practical applications of geological survey and analysis. Topics covered include the mechanical and physical response of rocks, rock masses and soils to changes in environmental conditions, and the principles of groundwater flow. The core of the book deals with the collection of geological and technical data, its subsequent analysis, and application to design. The combination of rigorous and detailed discussion of theory and well-illustrated examples made the book an indispensable reference source and ideal course book for both geologists and civil Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest NationTim HanniganHannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, SoekmonoThe JavaneseCandiSoekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, Grafindo Media PratamaNana SupriatnaSejarahSupriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006.
- Candi Borobudur merupakan situs arkeologi candi Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dibangun pada 824 masehi oleh Raja Samaratungga ketika masa Wangsa Syailendra. Selesai pada 847 masehi oleh Ratu Prabudawardhani, putri dasarnya Candi Borobudur adalah bangunan Indonesia asli yang berupa punden berundak. Bangunan punden berundak unsur asli Indonesia dalam pembuatan candi-candi kebudayaan Hindu-Buddha yaitu batu berundak. Dalam buku Bunga Rampai Sejarah Indonesia dari Borobudur hingga Revolusi Nasional 2019 karya Moehkardi, ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya bangunan Candi Borobudur hakikatnya berupa bangunan bangunan suci agama Buddha yang dalam bentuk aslinya berbentuk kubah separuh bola yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung di atasnya. Baca juga Candi Borobudur Candi Terbesar di Dunia Stupa Borobudur telah mengalami perkembangan arsitektur, dikombinasikan dengan bangunan suci Indonesia pra Hindu yang disebut punden berundak. Punden berundak adalah bangunan sederhana berbentuk segi empat yang berundak-undak atau bertingkat-tingkat. Oleh karena itu, stupa Borobudur memiliki bentuk yang khas dan tidak ada duanya di negara Buddha mana pun.
bentuk peninggalan asli indonesia yang mirip dengan bangunan candi yaitu